Semangat Kartini di Zaman Modern

Pada tanggal 18 Februari 2023, narasumber kita Musradi Gunawan telah memaparkan materinya dengan judul Semangat Kartini di Zaman Modern. Mungkin banyak dari kita bertanya-tanya, siapa sih tokoh yang dimaksud oleh bang Musradi ini? Kenapa diberi judul itu? Nah, untuk menjawab pertanyaan kita semua bagaimana kalau kita langsung saja baca artikel dibawah ini.

Susi Pudjiastuti menjadi sosok ibu semangat kartini di zaman modern yang menjadi tokoh inspiratif yang dibawa langsung oleh bang Musradi di House of Sthapati Karya Persada. Ibu Susi pasti tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Sebeb, beliau perempuan yang tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2014-2019.

Profil Susi Pudjiastuti sangat menginspiratif, bahkan menjadi wanita sukse dalam menjalankan bisnisnya terutama di dunia perikanan. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari sosok Susi Pudjiastuti dari etos kerja serta gaya kepemimpinan yang berani saat menjabat Menteri KKP. Oleh karena itu membuat dirinya layak dijadikam panutan bagi anak muda dijaman sekarang.

Dr.(HC.) Susi Pudjiastuti, lahir di pangandaran, Jawa barat pada tanggal 15 Januari 1965. Anak dari bapak H. Ahmad Karlan dan ibunya bernama Hajjah Suwuh Lasminah. Susi Pudjiastuti adalah seorang mantan Menteri Kelautan dan Perikanan dari cabinet Kerja 2014-2019 yang juga pengusaha pemilik dan Presiden Direktur PT. ASI Pudjiastuti Marine Product, dan PT. ASI Pudjiastuti Aviation.

Kedua orang tua susi berasal dari Jawa Tengah, dan sudah 5 tahun di Pangandaran. Kehidupan keluarga Susi berkecukupan dengan memilki usaha ternak, memperjualbelikan ratusan ternak dari Jawa Tengah untuk diperdagangkan di Jawa Barat. Susi dalam menjalani bahtera rumah tangganya ia sempat dua kali bercerai dari suami pertama Yoyok Yudi Suharyo (1983 – 1986), dan suami kedua Daniel Kaiser (1992 – 1999). Kemudian menikah dengan Christian von Strombeck. Ia memiliki tiga orang anak, Panji Hilmansyah, Nadine Kaiser, dan Alvy Xavier.

Jenjang Pendidikan Susi hingga Sekolah Menengah Pertama, yaitu di SMP Negeri 1 Pangandaran, Susi melanjutkan pendidikanya ke SMA Negeri 1 Yogyakarta, namun berhenti di kelas 2 karena dikeluarkan dari sekolah akibat keaktifannya dalam Gerakan Golput. Selain itu, Susi juga mengaku tidak cocok dengan system sekolah.

Setelah putus sekolah, Susi memulai bisnis pada tahun 1983 pada usia 18 tahun ia belajar berdagang melalui menjual bed cover keliling, dan menjual ikan keliling di wilayah Pangandaran menggunakan sepedanya. Pada usia 20 tahun, Susi mengambil keputusan berani, yakni menjadi pengepul ikan dengan bermodalkan uang sebesar Rp. 750.000,00 dari menjual seluruh perhiasanya yang ia miliki. Hasil penjualan ikan tersebut dipakai untuk mengembangkan bisnisnya menjadi besar.

Bisnisnya mulai berkembang setelah menekuni selama 13 tahun. Puncaknya pada tahun 1996, dalam usia 31 tahun, Susi mendirikan pabrik pengolahan dan eksportir ikan yang diberi nama PT. ASI Pudjiastuti Marine Product. Dari beberapa produk yang dihasilkan lobster menjadi produk andalan dengan menamakan “Susi Brand” dan ini berhasil mengekspor lobster sampai Asia dan Amerika Serikat.

Susi berkeinginan untuk mengangkut produk perikananya menggunakan pesawat. Dengan keberanian Susi untuk mendirikan maskapainya sendiri dengan nama “Susi Air”. Pada 2004, Susi mendirikan maskapai penebrangan yang dimana Susi mencoba pinjaman uang sebesar Rp. 48 miliar dari sebuah bank BUMN untuk membali dua buah pesawat Cessna Caravan. Hal itu didapatkanya setelah empat tahun berusahan menyakinkan beberapa bank. Melalui PT. ASI Pudjiastuti Aviation yang didirika kemudian pesawat yang ia miliki itu ia gunakan untuk mengangkut lobster dan ikan segar tangkapan nelayan di Pangandaran ke Jakarta. Dengan menggunakan pesawat, lobster yang dikirim lebih segar dan tingkat kematiannya pun jadi lebih rendah.

Keberhasilannya menyingkat waktu pengiriman produk perikanan hingga berkembang menjadi bisnis aviasi, tak lepas dari peran sang suami Christian Von Strombeck yang merupakan seorang pilot asal Jerman. Pada 27 desember 2004, pesawat milik susi ini menjadi pesawat yang mendarat pertama di Aceh pasca terjadinya gempa bumi dan tsunami. Awalnya pesawat tersebut akan mengangkut bantuan bagi korban tsunami di Aceh. Dari sini, Susi kemudian terpikir untuk secara serius terjun ke bisnis penerbangan.

PT. ASI Pudjiastuti Aviantion atau penerbangan Susi Air dari Jawa Barat hingga awal tahun 2012, Susi Air menoperasikan 50 pesawat dengan berbagai tipe seperti 32 Cessna Grand Caravan, 9 Pilatus PC-6 Porter dan 3 Piaggio P180 Avanti. Susi Air memperkerjakan 136 pilot, dengan 90 diantaranya merupakan pilot asing. Tahun 2012 Susi Air menerima pendapatan Rp 300 miliar dan melayani 200 penerbangan perintis. Dengan kehebatan susi mampu memperkerjakan karyawan yang mencapai total 7.000 orang di perusahan PT. ASI Pudjiastuti Marine Product dan di PT. Asi Pudjiastuti Avianton.

Susi Pudjiastuti ditunjuk sebagai Menteri di Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam kabinet kerja Joko Widodo dan Jusuf Kalla, yang ditetapkan secara resmi pada 26 Oktober 2014. Sebelum dilantik, Susi melepas semua posisnya di perusahaan penerbangan Susi Air dan beberapa posisi lainnya, termasuk Presiden Direktur PT. ASI Pudjiastuti yang bergerak di bidang perikanan serta PT. ASI Pudjiastuti Aviantion yang bergerak di bidang penerbangan, untuk menghindari konflik kepentingan antara dirinya sebagai Menteri dan sebagai pemimpin bisnis. Selain itu, alasan lain Susi melepas semua jabatanya adalah agar dapat bekerja maksimal menjalankan pemerintahan, khususnya di bidang Kelautan dan Perikanan.

Saat ia menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, ia dikenal akan kebijakanya yang tegas terhadap penangkapan ikan illegal. Namanya bahkan dikaitkan dengan kata “tenggelamkan” yang mengacu kepada hukuman penenggelaman kapal-kapal asing illegal di perairan Indonesia. Upaya ini pada akhirnya membuahkan hasil, penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature menunjukkan bahwa kebijakan agresif Susi terhadap penangkapan ikan illegal telah mengurangi upaya tangkap sebesar 25% dan berpotensi menambah jumlah tangkapan sebesar 14% dan keuntungan sebesar 12%. Diluar negeri, kebijakan Susi mendapatkan apresiasi seperti dari WWF Internasional yang menganugerahinya ‘Leader for a Living Planet Awards’ atas komitmennya untuk menjaga keberlanjutan sumber daya kelautan di Indonesia. Hingga Oktober 2019, tercatat 556 kapal pencuri ikan ditenggelamkan.

Selain penenggelaman kapal, komitmen Susi pada perindungan sumber daya kelautan juga ditunjukkan melalui penerbitan Peraturan Menteri Kelautan Nomor 2 Tahun 2015 tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Purse Nets). Kedua alat tangkap tersebut dinilai dapat merusak lingkungan. Selama menjabat, Susi juga mengeluarkan larangan ekspor benih lobster melalui Permen KKP No. 56/2016 tentang Larangan Penangkapan /atau Pengeluaran Benih Lobster (Panulirus Spp.), Kepiting (Scylla Spp.), dan Rajungan (Portunus Spp.) dari Wilayah Republik Indonesia. Susi beralasan ekspor benih lobster akan membuat kerusakan ekologi karena permintaan dari luar negeri yang sangat tinggi menyebabkan eksploitasi besar-besaran. Selain itu, ekspor benih lobster juga hanya akan menguntungkan petambak negara lain keran harganya sangat tinggi saat dewasa.

Sosok dan profil Susi Pudjiastuti sebagai pengusaha maupun Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2014 – 2019, bisa dijadikan contoh yang baik bagi generasi muda di Indonesia. Semua kerja keras yang dilakukan oleh Susi pada akhirnya membawanya pada kesuksesan.

“ORANG YANG MERAIH KESUKSESAN TIDAK SELALU ORANG PINTAR TAPI ORANG YANG AKAN MERAIH KESUKSESAN ITU ADALAH ORANG YANG GIGIH, DAN PANTANG MENYERAH”

Susi Pudjiastuti